TAMIANG LAYANG, onlinesinarbarito.com – Malam itu, Jumat (29/8/2025) pukul 20.00 WIB, rumah jabatan Ketua DPRD Barito Timur, Nursulistio, bukan sekadar bangunan bercat resmi. Ia menjelma menjadi ruang sakral tempat doa, restu, dan harapan bertemu.
Di atas meja kayu sederhana, secangkir kopi Good Day dengan topping manis menunggu untuk diteguk. Di sampingnya, semangkuk bakso panas mengepul, menguarkan aroma yang bersahaja. Tapi di balik kesederhanaan hidangan itu, tersimpan sebuah momen besar langkah awal seorang putra daerah yang hendak menapaki jalan politik dengan niat yang tulus.
M. Jaya datang bersama sahabat-sahabat seperjuangan. Wajahnya teduh, tapi sorot matanya tajam. Dengan suara yang sempat bergetar, ia menyampaikan niat besar yang membuat suasana mendadak hening.
“Saya ingin meminta doa dan restu dari 41 pejabat tinggi. Salah satunya adalah Ketua DPRD Bartim, Bapak Nursulistio, yang malam ini berkenan menerima kami. Semoga doa dan restu beliau, bersama doa 40 pejabat lainnya, Allah kabulkan agar niat saya mencalonkan diri ini diridai dan diberi jalan yang lapang,” ucapnya penuh kesungguhan.
Ucapan itu menusuk kalbu, menghadirkan getar haru yang sulit ditahan. Kopi Good Day di depannya tiba-tiba tak lagi sekadar minuman; ia menjelma simbol perjalanan manis, menguatkan, sekaligus menenangkan. Nursulistio menatap M. Jaya lekat-lekat. Ada sorot persaudaraan, ada ketulusan, ada sekaligus ujian. Dengan nada tegas namun penuh welas, ia menuturkan wejangan yang bagai palu godam membentuk baja.
“Bang Jay, kalau benar-benar mau masuk ke dunia politik, jadilah yang terbaik. Jangan setengah hati, jangan hanya ikut-ikutan. Politik itu amanah, dan amanah itu berat. Kalau Bang Jay bisa menunjukkan kualitas terbaik, maka suara rakyat akan datang dengan sendirinya. Bukan hanya suara, tapi juga kepercayaan. Dan kepercayaan itulah yang lebih mahal dari segalanya.” pesannya kepada M. Jaya penuh maksa dan kesederhanaan.
Kalimat itu menghunjam, namun juga menghidupkan. Malam itu, M. Jaya bukan sekadar meneguk kopi. Ia meneguk semangat baru, meneguk keberanian, meneguk keyakinan. Penampilan M. Jaya pun berbeda. Dari sosok santai ala jalanan, ia kini hadir dengan kemeja rapi nan berwibawa. Tanda bahwa dirinya siap berubah. Melihat itu, Nursulistio sempat melempar candaan ringan.
“Wah, Bang Jaya malam ini kok tumben pakaian rapi, sudah kayak para kementerian saja,” ucapnya, disambut tawa bersama. Namun di balik gurauan itu, tersimpan pesan: perubahan sejati dimulai dari hal kecil, termasuk penampilan.
Malam itu akhirnya dikenang bukan sekadar malam silaturahmi. Ia adalah malam doa, malam restu, malam lahirnya tekad baru. Kopi dan bakso hanyalah suguhan sederhana, tapi dari meja sederhana itulah lahir sebuah tekad besar: perjuangan politik yang bertumpu pada doa dan restu persaudaraan.
Sejak malam itu, langkah M. Jaya kian tegak. Didukung doa 41 pejabat, dibekali wejangan Ketua DPRD Bartim, Nursulistio, yang menutup malam dengan pesan abadi. “Jadilah yang terbaik, maka rakyat pun akan percaya.” harapnya lirih memandang muka M. Jaya penuh haru. (ikhsan-adv/sb).