TAMIANG LAYANG, onlinesinarbarito.com – Penantian panjang masyarakat Barito Timur akhirnya terjawab. RSUD Tamiang Layang kini resmi memiliki layanan kesehatan jiwa setelah kedatangan dokter spesialis kejiwaan, dr. Christopher A.P. Purba, Sp.K.J. Sejak akhir Agustus lalu, ia mulai membuka praktik, menandai babak baru dalam pelayanan kesehatan di daerah yang selama ini harus bergantung pada fasilitas jauh di Palangka Raya atau bahkan Amuntai.
Hadirnya dr. Christopher menjadi angin segar sekaligus harapan baru bagi ratusan keluarga yang diam-diam berjuang menghadapi persoalan kesehatan mental. Dalam wawancara eksklusif, Kamis (4/9/2025), ia mengungkapkan bahwa salah kaprah masyarakat tentang gangguan jiwa masih menjadi tantangan utama.
“Gangguan jiwa itu luas. Skizofrenia atau yang sering disebut ‘gila’ hanyalah bagian kecil. Orang dengan kecemasan berlebih, sulit tidur, atau depresi ringan juga termasuk dalam spektrum gangguan jiwa,” tegasnya.
Stigma menjadi tembok penghalang terbesar. Banyak warga enggan datang ke psikiater karena takut dicap gila. Padahal, jelas dr. Christopher, psikiater menangani beragam kondisi mulai dari demensia, depresi, kecemasan, hingga gangguan mood akibat penyakit kronis seperti stroke, diabetes, bahkan kanker.
“Kalau pemahaman ini tidak diluruskan, banyak pasien yang terlambat ditangani. Padahal semakin cepat mereka mendapat pertolongan, semakin besar peluangnya untuk pulih dan hidup berkualitas,” tambahnya. dr. Christopher juga menyoroti kasus seorang warga Pulau Patai yang hilang akibat demensia pikun. Fenomena wandering, atau kecenderungan pasien berkelana tanpa arah, bisa sangat berbahaya.
“Mereka berjalan mengikuti ingatan lama, lalu tersesat, kehilangan orientasi, dan tidak bisa pulang. Kondisi ini bisa berakhir fatal kelelahan, dehidrasi, bahkan kematian jika tidak segera ditemukan,” jelasnya. Ia mengingatkan, penyakit degeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, maupun stroke berpotensi besar memicu demensia atau depresi.
Kehadiran dr. Christopher mendapat sambutan hangat dari tenaga kesehatan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Selama ini, pasien Bartim menumpuk di RS Amuntai. Rekan sejawatnya di sana bahkan berharap dengan adanya layanan ini, beban pasien bisa terbagi. “Itu artinya kebutuhan layanan psikiatri di Barito Timur memang nyata dan besar,” ungkapnya.
Meski demikian, ia tidak menutup mata terhadap tantangan lain: biaya layanan. Hingga kini, layanan psikiatri di RSUD Tamiang Layang belum sepenuhnya terintegrasi dengan BPJS Kesehatan, sehingga masih ada pasien yang menunda pengobatan.
Dengan nada penuh keyakinan, ia menitipkan pesan penting. “Gangguan jiwa bukan hanya urusan pribadi. Jika dibiarkan, ia menjadi beban bagi keluarga, masyarakat, bahkan negara. Namun jika ditangani dengan benar, pasien bisa bangkit, mandiri, dan kembali menjalani hidup yang lebih bermakna.”
Kehadiran dr. Christopher bukan sekadar menambah jumlah dokter di RSUD Tamiang Layang, melainkan membangun pondasi baru bagi layanan kesehatan jiwa di Barito Timur sebuah langkah bersejarah menuju masyarakat yang lebih sehat, kuat, dan berdaya. (adv/sb).